Kamis, 14 November 2019

Sosok: Bang Zaitun, Seniman Melayu yang tak lengkang dipukul waktu.


Jujur saja kawan diantara banyak tokoh yang di gambarkan dengan apik oleh Andrea Hirata dalam novelnya, maupun sineas Riri Riza dalam filmnya, bang zaitunlah salah satu sosok yang saya kagumi, bagaimana bisa?, begini hikayatnya kawan….

Saya termasuk pencinta musik melayu tradisional, sejak lama saya tertarik dengan kehidupan seniman-seniman nyentrik seperti bang Zaitun ini. Saya pertama mengenalnya lewat karya Andrea Hirata dalam sang pemimpi dan berlanjut di maryamah Karpov, lalu dalam karya Riri Riza, sang pemimpi.

Saya tertawa terpingkal dibuatnya sekaligus menaruh hormat padanya, seniman nyentrik itu memberikan saya pemahaman pada saya bahwa walaupun zaman boleh menggilas, tapi budaya tidak boleh lengkang di pukul waktu.

Bang Zaitun adalah sosok anti kemapanan sekaligus pencinta nomor wahid, seniman kehidupan yang mengajarkan kita “seni menikmati seni” sekaligus manusia dengan kadar karat duakali lebih besar dari manusia normal. Saya beruntung bisa berkenal dengan beliau walaupun hanya dari novel dan karya film. Jelas beliau pribadi yang unik bukan.

Bang zaitun itu tipikal manusia melayu yang sudah jarang kawan, sosok yang enerjik, penuh semangat dan percaya diri, dengan busana retro khas tahun 70-an. Sepasang sepatu kulit mengkilat, celana cut-bray sempit berujung lebar, dengan baju batik ketat berwarna mencolok di bagian atas, kerap digunakannya. Dalam novel aslinya, Zaitun bahkan disebut bergigi perak dan merupakan pimpinan orkes Melayu yang manggung dari kampung ke kampung. Tak lupa menyisipkan sisir mungil di saku belakang celannya, sesuatu yang jelas hampir punah di sebagian lelaki melayu dewasa ini.

Dalam sekuel film Sang Pemimpi, saya benar-benar dimanjakan dengan caranya menghibur penonton, ya bang zaitun yang diperankan oleh artis senior jay Wijayanto itu, betul-betul menghibur saya. Khusunya adegan saat ia melantunkan sebuah tembang Melayu, untuk menggoda seorang perempuan yang baru saja selesai mandi ataupun saat ia menyanyi rentak seratus enam itu, saya benar-benar tersenyum dibuatnya.

Jay wijayanto sendiri, sesuai komentarnya dalam JPPN.Com, angkat jempol dengan sosok yang satu ini, dia sendiri mengaku sangat bangga dengan perannya kali ini, mengapa bisa begitu?, kawan mungkin penasaran, itu tidak lain karena, “Zaitun itu begitu bangga dengan musik Melayu”, pungkas Jay.

Menurut Jay, inilah pesan utama yang ingin dihadirkan oleh sosok Zaitun dalam film garapan sutradara Riri Riza itu. Zaitun berusaha memberikan teladan, bagaimana seorang anak Melayu seharusnya berbangga dengan identitas Melayu yang disandangnya.

Inilah yang kini menurutnya sudah mulai hilang. Dikatakan oleh pria yang akrab disapa Jegger ini, saat ini bangsa Melayu yang sangat besar, seolah tertinggal dari bangsa lain dan kehilangan kebanggaan akan kebudayaan leluhur mereka. "Sekarang kita tidak mempunyai pride (kebanggaan)," ujarnya.

Dalam film ini, Zaitun memang digambarkan memberi inspirasi besar bagi dua tokoh sentral ceritanya, yakni Ikal (Lukman Sardi) dan Arai (Nazril Ilham alias Ariel). Di mana dengan kebanggaannya itu, Zaitun memberi pembelajaran kepada Ikal dan Aray tentang cara memaknai hidup dan menghargai kebudayaan Melayu, sekaligus makna kehidupan.

tentu saja kalimah nya yang tidak bisa dilupakan begitu saja macam; "belajarlahlah main gitar, pilih lagu mu boi" atau "jika kau berjumpa dengan Zakiah, tak perlulah banyak kata, boi, tak perlu banyak lagak, tak perlu bawa bunga segala. Cukup kau tunjukkan raut muka bahwa kau bersedia menyuapinya nanti jika ia sakit, bersedia menggendongnya kekamar mandi jika ia sudah renta tak mampu berjalan. Bahwa kau, dengan segenap hatimu, bersedia mengatakan didepannya betapa jelitanya ia, meski wajahnya sudah keriput seperti jeruk purut, dan kau bersedia berada disitu, tak kemana-mana, disampingnya selalu, selama empat puluh tahun sekalipun..." amboi dahsyat bukan.

Dan saya setuju dengan pandangan Jay, setidaknya film inipun memberiakan gambaran, bahwa melayu itu unik, dan keunikan itu bisa ditemukan di kawasan-kawasan yang belum terjamah mentalitas western macam belitong dan pesisir sumatra, sebab budaya melayu bukan hanya Malaysia kawan, sebab Melayu itu juga milik kita bangsa indonesia.

setujukah kau boi?

Sumber :
  http://lapetithistoiremuhammadzeezarkasyi.blogspot.com/2011/01/bang-zaitun-seniman-melayu-yang-tak.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar