Jumat, 30 Mei 2014

Janji ….


Masih teringat olehku pertemuan kita waktu itu, dihadapan Baginda Sultan diantara para Datu dan Dayang, ditengah balairung sari. Rumah bertanduk begitu orang menyebutnya.

Engkau menari  dengan anggun, wajahmu cantik rupawan, kerlingan matamu yang lembut dan rambutmu bergelombang berayun dimainkan angin sungai kayan.

Ketika kau tersenyum padaku kurasa jatuh cinta pada pandang pertama. Degub jantungku makin keras saat kau datang mengalungkan selendangmu dileherku, membawaku ditengah ruang menari bersamamu. Mataku matamu bercermin jadi satu, senyummu menghangatkan hatiku.

Masih terasa wangi harum dari untaian rambutmu bagai gelombang itu, ….. kusimpan selalu dalam ingatanku.
Aku pernah berjanji padamu, … bila ku datang kembali, aku kembali membawa cinta untukmu. Meminta restu kedua orang tuamu, menghaturkan sembah izin pada Baginda Sultan tuk membawamu bersamaku. Cinta dalam hatiku tak pernah padam untukmu …

Rindu mengikat di hati, menghitung hari demi hari untuk tuk hidup bersamamu….

Namun ketika kukembali …. Remuk redam rasa jiwaku ketika hanya pusaramu…., wahai jantung hatiku …. Yang kutemui disini, di Tanjung Palas,…  tempat pertama aku mengenalmu wahai adinda, di sinipula berakhir impianku bersamamu …

Angin sungai kayan begitu sendu mengiringi tangis airmataku yang jatuh,  ingatanku membawaku pada mu saat terakhir  kita mengucap janji ditepi sungai kayan ini…

“Saya hanya penari jugit tuan …. Pantaskah saya …. Cinta ini saya simpan dalam hati, menunggu tuan kembali nanti”  ….